Rabu, 05 Januari 2011

ANALISIS SISTEM ENERGI PADA OLAHRAGA GULAT

KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu wata΄ala, karena berkat rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Analisis system energy yang di gunakan pada Gulat. Makalah ini diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Sistem Energi.

Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga makalah ini dapat diselesaikan sesuai dengan waktunya. Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini.

Semoga makalah ini memberikan informasi bagi masyarakat dan bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan bagi kita semua.

Makassar, Desember 2010

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …………………….

DAFTAR ISI …………………….

BAB I PENDAHULUAN

Latar Belakang ……………………
rumusan masalah
tujuan

BAB II PEMBAHASAN

A. Gulat ……………………
B. Sistem Energi ……………………
C. Sistem Energi Yang Digunakan Pada gulat …………………..

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN …………………..
B. SARAN …………………..

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………………………………………

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang

sejak sebelum Perang Dunia II, Indonesia sudah mengenal gulat internasinal. Gulat ini dibawa oleh tentara Belanda. Masyarakat Indoensia ketika itu mengenal gulat sebagai tontonan di pasar malam atau pada pesta-pesta di kota besar sebagai acara hiburan.
Tahun 1941 – 1945 sewaktu Indonesia diduduki tentara Jepang, seni bela diri Jepang seperti Judo, Sumo dan Kempo masuk pula ke Indonesia, sehingga gulat secara berangsur-angsur menjadi hilang.
Tahun 1959 di Bandung pernah diadakan pertandingan gulat bayaran antara Batling Ong melawan Muh. Kunyu dari Pakistan. Dari Pakistan pertandingan itu mendapat perhatian yang cukup besar dari pencadu olahraga gulat di Indonesia, khususnya masyarakat di kota Bandung. Pertandingan itu diselenggarakan oleh PERTIGU (Persatuan Tinju dan Gulat), suatu wadah olahraga amatir dan profesional tinju dan gulat di Indonesia. Mengingat pada waktu itu pemerintah dalam hal ini menteri olahraga tidak membernarkan adanya Organisasi Olahraga Tinju dan Gulat bayaran. Terlebih-lebih dengan adanya kebutuhan nasional dimana Indonesia ditunjuk sebagai tuan rumah penyelenggaraan Asian Games IV tahun 1962, maka ketua OC Asian Games menunjuk Kolonel CPM R. Rusli (sekarang Mayjen Purn), untuk membentuk suatu organisasi gulat amatir. Maksudnya Pemerintah berkeinginan agar Indonesia dapat menerjunkan pada pegulatnya dalam arena Asian Games IV itu. Kol. Rusli yang mendapatkan mandat dari Ketua OC Asian Games IV tahun 1962 itu segera melaksanakan tugasnya. Dihubunginya beberapa tokoh olahraga yang ada di Bandung diantaranya Batling Ong, Ong Sik Lok, M.Cc. M.F. Siregar, M.Sc., H.B. Alisahbana dan Abdul Djalil.
Selain beberapa kali mengadakan pertemuan di rumah Kol. R. Rusli di jalan Supratman Bandung, maka tepatnya pada tanggal 7 Pebruari 1960 didirikanlah sebuah organisasi gulat amatir Indonesia dengan nama Persatuan Gulat Seluruh Indonesia yang disingkat PGSI.

Dengan adanya kejuaraan dunia di Yokohama tahun 1961, maka PGSI mengadakan seleksi nasional untuk menentukan tim Indonesia ke kejuaraan dunia yang berlangsung pada bulan Juni 1961.
Empat pegulat terpilih dalam seleksi itu untuk mewakili Indonesia yaitu Rachman Firdaus (kelas 68 kg gaya bebas) Yoseph Taliwongso (kelas 68 kg gaya Yunani-Romawi) Sudrajat (kelas 62 kg gaya bebas) ketiganya dari Bandung, seoran gdari Yogyakarta yakni Elias Margio (kelas 62 kg gaya Yunani). Mereka ini didampingi oleh Kapten Obos Purwono sebagai tim manajer serta Batling Ong sebagai pelatih.

Dalam PON V tahun 1961 di Bandung olahraga gulat termasuk salah satu cabang olahraga yang dipertandingkan dengan mengambil tempat di Bioskop Varia (sekarang Nusantara). Daerah-daerah yang telah mempunyai pengurus mengirimkan para pegulatnya juga. Namun Jawa Barat tetap memborong medali terbanyak.

Tahun 1962 Asian Games IV berlangsung di Jakarta. Indonesia menurunkan para pegulatnya secara full team, mulai dari kelas 52 kg sampai dengan 87 kg
Prestasi para pegulat kita belum begitu menggembirakan, Indonesia hanya meraih 2 medali perunggu melalui gulat Mujari (kelas 52 kg) dan Rachman Firdaus (kelas 63 kg) yang keduanya bertanding dalam gaya Yunani-Romawi

Dalam Ganefo I (Games of The New Emerging Forces) yang berlangsung di Jakarta tahun 1963, Indonesia juga mengikutsertakan pegulatnya. Yoseph Taliwongoso yang bertanding di kelas 70 kg, gaya Yunani-Romawi berhasil meraih medali perak, sedangkan Suharto kelas 97 kg, meraih perunggu.
Tahun 1964 PB. PGSI mengirimkan para pegulatnya ke RRC dan Korea Utara untuk menambah pengalaman. Diantara para pegulat yang dikirimkan itu ialah Rachman Firdaus, Joseph Taliwongso, Bambang Kantong, Saut Tambunan dan Wachmana.

Tahun 1965 menjelang diselenggarakannya PON VI di Jakarta, muncul pegulat-pegulat yang penuh bakat, seperti Suparman Hamid, Tigor Siahaan, Johny Gozali. Sayang para pegulat ini belum sempat menampilkan kebolehannya dalam arena PON VI yang batal karena situasi politik dan mengakibatkkan tersendat-sendatnya kemajuan para pegulat Indonesia.

Tahun 1966 menjelang Asian Games V di Bangkok, PGSI mengadakan kejuaraan nasional di Bandung. Setelah melakukan seleksi yang ketat terpilih pegulat-pegulat Rachman Firdaus, S.H., Ir. Suparman Hamid dan Ir. Saut Tambunan untuk memperkuat kontingen Indonesia.

Tahun 1967, diselenggarakan kejuaraan nasional di Surabaya, kg kesempatan ini merupakan yang terakhir kalinya dihadiri oleh Bapak Gulat Indonesia Batling Ong Hong Liong

Tahun 1970, PGSI mendapat kesempatan lagi untuk ambil bagian dalam Asian Games VI di Bangkok. Untuk itu PGSI mulai menyusun tim dengan terlebih dahulu mengadakan kejuaraan nasional di Bandung. Para pegulat yang terpilih adalah Tigor Siahaan, Sampurno, Darmanto, dan Johny Gozali, namun kali ini gulat juga belum berhasil memperoleh medali untuk disumbangkan.
Sejak pembentukannya tahun 1960 PGSI telah banyak melakukan kegiatan baik lokal, nasional maupun internasional. Frekuensi pertandingan bertambah dan daerah baru PGSI juga bertambah

b. rumusan masalah

1. apa yang dimaksud dengan gulat?
2. system energy apa yang digunakan pada gulat?

c. tujuan

1. mengetahui pengertian gulat.
2. system energy yang digunakan pada gulat.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Gulat

Gulat adalah kontak fisik antara dua orang, di mana salah seorang pegulat harus menjatuhkan atau dapat mengontrol musuh mereka. Teknik fisik yang ditunjukkan dalam gulat adalah joint lock, Clinch fighting, Grappling hold, dan Leverage. Teknik ini dapat menyebabkan luka yang serius. Banyak gaya gulat yang diketahui dunia dan mempunyai sejarah yang panjang, dan olahraga gulat sudah menjadi olahraga olimpik lebih dari 100 tahun. Olah raga ini kembali dengan peran yang serupa ketika Olimpiade dihidupkan kembali setelah absen selama 1500 tahun di 1896. Para panitia pelaksana, mencari hubungan langsung ke masa lampau, menemukan kealamian dalam gulat yang begitu populer di dunia kuno, dari Yunani, Assiria dan Babilonia hingga India, China, dan Jepang. Mereka menghidupkan kembali gulat Greco-Roman, gaya yang mereka percayai sebagai turunan langsung dari pegulat Yunani dan Romawi di masa lampau. Dalam gulat Greco-Roman, pegulat hanya menggunakan tangan dan badan bagian atas untuk menyerang. Mereka hanya boleh memegang lawan di bagian-bagian itu saja. Ini bekerja dengan baik dari sudut pandang sejarah, namun gaya yang lebih ringan menyebar di Inggris Raya dan Amerika Serikat pada masa itu. Dikenal sebagai "catch as catch can", ini menjadi t had become standard fare - and popular professional entertainment - at fairs and festivals in both countries. Pada 1904, Olimpiade menambahkan satu kelas gulat dan menyebutnya sebagai "gaya bebas". Pada kelas ini, pegulat kini dapat menggunakan kaki mereka untuk mendorong, mengangkat dan menjegal, dan mereka bisa memegang lawan di bagian atas maupun bawah pinggang.

Ketika Olimpiade moderen dimulai di Athena pada 1896, penyelenggara menganggap gulat memiliki sejarah yang sangat penting sehingga menjadi fokus Olimpiade tersebut. Mereka mengingat kisah-kisah petandingan gulat pada tahun 708 SM, dimana tubuh-tubuh berlumur minyak bertarung di atas pasir di Olimpiade kuno. Gulat Greco-Roman dianggap sebagai turunan murni dari gulat Yunani dan Romawi kuno. Delapan tahun kemudian, panitia Olimpiade menambahkan kelas yang lebih sederhana, namun lebih populer. Umumnya disebut "catch as catch can", gulat gaya bebas sudah mengakar di berbagai pekan raya dan festival di Inggris Raya dan Amerika Serikat pada Abad 19, sebagai salah satu bentuk hiburan profesional. Seperti gulat Greco-Roman, gulat gaya bebas pun menjadi mengakar pula di Olimpiade. Dalam kompetisi gulat Greco-Roman, yang sekarang didominasi oleh Rusia, pegulat hanya menggunakan tangan dan tubuh bagian atas untuk menyerang. Dalam gulat gaya bebas, pegulat juga menggunakan kali dan boleh memegang lawan baik di atas maupun di bawah pinggang. Pemenang gulat gaya bebas di Olimpiade 1996 mewakili 17 negara yang berbeda, 15 negara saat Olimpiade Sydney, dan 17 negara saat Olimpiade Athena.

Kompetisi

Pada saat Olimpiade Athena 2004, ada tujuh kelas gulat gaya bebas putra. Dan untuk pertama kalinya, putri juga berpartisipasi di empat kelas. Total ada 344 atlet bertanding dalam tiga klasifikasi gulat; gaya bebas, Greco-Roman, dan gulat putri.
Kelas yang dipertandingkan

Kategori Putra

* - 55 kg Putra
* 55 - 60kgPutra
* 60 - 66kgPutra
* 66 - 74kgPutra
* 74 - 84kgPutra
* 84 - 96kgPutra
* 96 - 120kgPutra

Kategori putri

* 48kgPutri
* 48 - 55kgPutri
* 55 - 63kgPutri
* 63 - 72kgPutri

Gulat Greco-Roman

Ketika Olimpiade moderen dimulai di Athena pada 1896, penyelenggara menganggap gulat memiliki sejarah yang sangat penting sehingga menjadi fokus Olimpiade tersebut. Mereka mengingat kisah-kisah petandingan gulat pada tahun 708 SM, dimana tubuh-tubuh berlumur minyak bertarung di atas pasir di Olimpiade kuno. Gulat Greco-Roman dianggap sebagai turunan murni dari gulat Yunani dan Romawi kuno. Delapan tahun kemudian, panitia Olimpiade menambahkan kelas yang lebih sederhana, namun lebih populer. Umumnya disebut "catch as catch can", gulat gaya bebas sudah mengakar di berbagai pekan raya dan festival di Inggris Raya dan Amerika Serikat pada Abad 19, sebagai salah satu bentuk hiburan profesional. Seperti gulat Greco-Roman, gulat gaya bebas pun menjadi mengakar pula di Olimpiade. Dalam kompetisi gulat Greco-Roman, yang sekarang didominasi oleh Rusia, pegulat hanya menggunakan tangan dan tubuh bagian atas untuk menyerang. Dalam gulat gaya bebas, pegulat juga menggunakan kali dan boleh memegang lawan baik di atas maupun di bawah pinggang. Pemenang gulat gaya bebas di Olimpiade 1996 mewakili 17 negara yang berbeda, 15 negara saat Olimpiade Sydney, dan 17 negara saat Olimpiade Athena.

Kompetisi

Saat Olimpiade Athena 2004 ada tujuh kelas berdasarkan berat di pertandingan Greco-Roman putra. Total ada 344 atlet bertanding dalam tiga klasifikasi gulat; gaya bebas, Greco-Roman, dan gulat putri.

Kelas yang dipertandingkan

* - 55kg Putra
* 55 - 60kgPutra
* 60 - 66kgPutra
* 66 - 74kgPutra
* 74 - 84kgPutra
* 84 - 96kgPutra
* 96 - 120kgPutra

Pernah melihat pertandingan gulat? Pada pertandingan gulat terjadi kontak fisik antara dua orang. Salah satu pegulat harus menjatuhkan atau dapat mengontrol lawannya. Pegulat harus memiliki teknik permainan agar dapat menjatuhkan lawannya.
Teknik fisik dalam olah raga gulat yaitu join lock, Clinch fighting, grappling hold, dan leverage. Teknik-teknik tersebut dapat menyebabkan luka yang serius. Oleh karena itu, dibutuhkan kekuatan fisik yang sangat besar serta ketahanan tubuh.
Olah raga gulat merupakan olah raga yang sangat kuno karena sudah dimainkan sejak zaman dulu. Bahkan, olah raga gulat ada di sejumlah lukisan Mesir yang berusia lebih 5000 tahun lalu.
Gulat sangat popular di dimasyarakat kuno seperti masyarakat Yunani, Assiria,Babilonia, India, China, dan Jepang. Panitia olimpiade menghidupkan kembali gulat gaya Greco-Roman yang dipercayai merupakan gaya asli dari pegulat Yunani dan Romawi masa lampau.

B. SISTEM ENERGI

10 to 45 seconds 10-45 detik Anaerobic Anaerobik ATP + CP + Muscle glycogen ATP + CP + Otot glikogen
45 to 120 seconds 45-120 detik Anaerobic, Lactic Anaerobik, laktat Muscle glycogen Glikogen otot
120 to 240 seconds 120-240 detik Aerobic + Anaerobic Aerobik + anaerobik Muscle glycogen + lactic acid Otot glikogen + asam laktat

240 to 600 seconds 240-600 detik Aerobic Aerobik Muscle glycogen + fatty acids Otot glikogen + asam lemak

PROSES AEROBIK DAN PROSES ANAEROBIK
Dalam pembentukan energi, terdapat dua macam proses yang dapat ditempuh, yaitu proses aerobik, proses yang memerlukan oksigen; dan proses anaerobik, proses yang tidak memerlukan oksigen. Pada proses aerobik terjadi proses pembakaran yang sempuma. Atom hidrogen dioksidasi menjadi HzO dan atom karbon dioksidasi menjadi COz. Sisa metabolisme tersebut dikeIuarkan dari tubuh melalui proses pernapasan. Energi yang diperoIeh dari proses aerobik ini tidak dapat langsung digunakan otot sebagai sumber energi untuk mengerut. Energi tersebut dengan proses lebih lanjut digunakan untuk sintesis ATP (adenosine triphosphate) dan senyawa-senyawa berenergi tinggi yang lain. Senyawa-senyawa tersebut merupakan senyawa yang dapat menyimpan energi dalam jumlah yang besar. Proses pemecahannya yang tidak memerIukan oksigen dengan menghasilkan energi yang besar itu merupakan proses anaerobik. Energi yang dihasilkan dari pemecahan ATP ini dapat digunakan sebagai sumber energi untuk mengerut oleh otot (2,3). Proses aerobik dan proses anaerobik tersebut dalam tubuh selalu terjadi bersama-sama dan berurutan. Hanya berbeda intensitasnya pada jenis dan tahap kerja tertentu. Pada kerja berat yang hanya berlangsung beberapa detik saja, dan pada permulaan kerja pada umumnya, proses anaerobik lebih menonjol dari pada proses aerobik. Pada keadaan kerja tersebut, sistem kardiopulmonal belum bekerja dengan kapasitas yang diperlukan. Untuk penyesuaiannya, diperlukan waktu. Dengan demikian oksigen yang tersedia tidak mencukupi. Maka keperluan akan energi terutama dicukupi dengan proses anaerobik. Pada keadaan kerja tersebut terdapat “hutang” oksigen. “Hutang” ini akan dibayar sesudah berhenti bekerja, sehingga orang sesudah berhenti bekerja masih terengah-engah dan denyut jantungnya masih cepat. Bila pekerjaan diteruskan dengan taraf kerja yang tetap, refleks-refleks tubuh akan mengatur fungsi sistem kardiopulmonal untuk mencukupi jumlah oksigen yang diperlukan, sehingga dicapai kerja steady-state. Pada kerja steady-state ini jumlah oksigen yang diperlukan tetap jumlahnya dari waktu ke waktu (2,3). Bila taraf kerja ditingkatkan lagi dengan menambah beban kerja, pada saat ditingkatkan tersebut terjadi “hutang” oksigen lagi dan kembaIi proses anaerobik lebih menonjoI. Dan bila taraf kerja dipertahankan lagi pada taraf yang baru ini, akan terjadi lagi kerja steady-state tetapi pada taraf yang lebih tinggi. Jumlah oksigen yang diperlukan pada taraf kerja yang lebih tinggi ini juga lebih besar. Bila taraf kerja dinaikkan secara bertahap demikian dengan setiap kali menambah beban kerja, suatu saat seluruh kapasitas sistem kardiopulmonal terpaksa dikerahkan untuk memenuhi keperluan akan oksigen. Dalam hal demikian berarti kapasitas aerobik maksimal telah dicapai. Bila beban kerja dinaikkan lagi, tubuh tidak dapat lagi menambah persediaan oksigen. Maka kembali proses anaerobik akan lebih menonjol daripada proses aerobik. Taraf kerja demikian tidak boleh dipertahankan dalam waktu yang cukup lama (beberapa menit) karena persediaan tenaga dalam tubuh akan habis dan orangnya mengalami exhaustion (2). Proses anaerobik merupakan proses oksidasi yang tidak sempurna. Salah satu sisa metabolismenya ialah asam Iaktat. Maka biIa proses anaerobik meningkat, kadar asam laktat darah juga mening

C. ANALISA GERAKAN PADA CABANG OLAHRAGA GULAT

1. Teknik Dasar

Teknik masuk, membanting, menggulung, mengunci.

2. Karakteristik kondisi fisik

Dalam melakukan teknik dasar (teknik masuk, membanting, menggulung, mengunci) kelentukan dan kelenturan terutama pada sendi-sendi yang berperan aktif seperti sendi pinggang, sendi leher dan otot yang dominan digunakan dalam olahraga gulat seperti otot tungkai, otot lengan, otot perut dan dalam olahraga ini sangat diperlukan kemampuan efektif siatlit dalam menyelesaikan pertandingan.

3. Sismtem energi dominan

a. ATP-PC dan LA

Pada sistim ini oksigen dibawa darah masuk ke dalam setiap sel dan di dalam mitochondria bersama asam pinupat yang diproduksi saat rsepirasi aerobick. Hasil akhir dari reaksi tersebut adalah karbondioksida, air, dan energi yang kemudian disimpan dalam bentuk ATP agar pada saat latihan energi dapat digunakan.

b. ATP-PC

Konferensi molelul ADP menjadi ATP (dengan pendekatan fosfat yang ketiga). Energi yang diambil untuk reaksi ini dapat dikatakan disimpan dalam bentuk ATP. Zat inilah yang dapat dengan mudah disimpan dalam semua sel. Ketika energi yang dibutuhkan, terjadi reaksi yang mengubah kembali ATP menjadi ADP, reaksi ini melepaskan energi yang disimpan untuk melakukan kegiatan dalam teknik-teknik pada gulat.

c. LA-02

Pada keadaan normal ini dikuti oleh respirasi aerobik yang mengurai asam laktat tersebut dengan menggunakan oksigen. Penggunaan ini banyak menghasilkan energi. Pada kondisi abnormal proses tersebut tidak segera diikuti oleh respirasi aerobik dalam aktivitas jogging menghasilkan asam laktat yang menyebabkan kram otot dan di sini membutuhkan oksigen lebih lambat, tetapi asam laktat tetap membentuk secara perlahan.

d. 02

Tipe respirasi internal hanya dapat terjadi bila tersedia oksigen bebas yang dihirup ke dalam tubuh, melalui respirasi ini sebagian besar makhluk hidup memperoleh energi yang berlimpah sehingga energi tersebut dapat digunakan untuk melakukan aktivitas fisik.

4. Otot yang berperan

a. Penggerak utama

- Otot tungkai
- Otot lengan
- Otot leher
- Otot pinggang
- Otot perut

b. Penggerak antagonis

- Push up sebanyak 25 kali 5 kali pengulangan
- Sit up sebanyak 25 kali 5 kali pengulangan
- Back up sebanyak 25 kali 5 kali pengulangan
- Roll sebanyak 25 kali 5 kali pengulangan
- Push sebanyak 25 kali 5 kali pengulangan

c. Penggerak sinergis

- Otot lengan berfungsi untuk menjauhkan lawan
- Otot tungkai berfungsi untuk pertahanan dari serangan lawan

d. Penggerak stabilisator

- Otot tungkai
- Otot lengan
- Otot besar
- Otot pinggang
- Otot leher
5. Sendi dan gerakan

Saat menjatuhkan lawan semua otot berperan aktif mulai dari otot-otot penggerak utama, penggerak antagonis, penggerak sinergis, penggerak stabilisator dan otot ini berperan sesuai dengan fungsinya.

6. Mekanisme gerakan

- Kinetika
Teknik masuk, membanting menggulung, dan mengunci sangat perlu sekali dilatih dalam olahraga ini karena dengan banyaknya latihan maka akan memperoleh hasil yang matang, sehingga dalam pertandingan dapat melakukan pengoptimalan dalam pertandingan.
- Kinetika dimana dalam keadaan latihan harus mampu melatih kondisi fisik dengan baik atau istirahat yang teratur agar kondisi kita itu selalu fit dalam melaksanakan suatu aktivitas olahraga tersebut kita harus selalu menjaga ketahanan tubuh dan kesehatan agar tidak mudah lelah dan cepat kehabisan energi.

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

A.KESIMPULAN

Gulat adalah kontak fisik antara dua orang, di mana salah seorang pegulat harus menjatuhkan atau dapat mengontrol musuh mereka. Teknik fisik yang ditunjukkan dalam gulat adalah joint lock, Clinch fighting, Grappling hold, dan Leverage. Teknik ini dapat menyebabkan luka yang serius. Banyak gaya gulat yang diketahui dunia dan mempunyai sejarah yang panjang, dan olahraga gulat sudah menjadi olahraga olimpik lebih dari 100 tahun. Olah raga ini kembali dengan peran yang serupa ketika Olimpiade dihidupkan kembali setelah absen selama 1500 tahun di 1896. Para panitia pelaksana, mencari hubungan langsung ke masa lampau, menemukan kealamian dalam gulat yang begitu populer di dunia kuno, dari Yunani, Assiria dan Babilonia hingga India, China, dan Jepang. Mereka menghidupkan kembali gulat Greco-Roman, gaya yang mereka percayai sebagai turunan langsung dari pegulat Yunani dan Romawi di masa lampau. Dalam gulat Greco-Roman, pegulat hanya menggunakan tangan dan badan bagian atas untuk menyerang. Mereka hanya boleh memegang lawan di bagian-bagian itu saja. Ini bekerja dengan baik dari sudut pandang sejarah, namun gaya yang lebih ringan menyebar di Inggris Raya dan Amerika Serikat pada masa itu. Dikenal sebagai "catch as catch can", ini menjadi t had become standard fare - and popular professional entertainment - at fairs and festivals in both countries. Pada 1904, Olimpiade menambahkan satu kelas gulat dan menyebutnya sebagai "gaya bebas". Pada kelas ini, pegulat kini dapat menggunakan kaki mereka untuk mendorong, mengangkat dan menjegal, dan mereka bisa memegang lawan di bagian atas maupun bawah pinggang.

B. SARAN

 Dalam mengerjakan makalah ini harus benar-benar teliti agar tidak terjadi kesalahan.
 Carilah sumber referensi yang memang mendukung dengan pembahasan yang anda cari.

DAFTAR PUSTAKA

da Astrand. P.,Rodahl, K.1977. Textbook of Work Physiology, 2nd edition,
New York: Mc Graw-Hill Book Company. PUblshing Inc.
Fox, E.L., 1988. Sport Physiology, 2nd edition, Japan Tokyo: Saunders
College Muscle Following Strength Training. J.Appl, Physio
logy, 46:
Fox, E.L.,Bower,R.W., 1992. Sport Physiology. 3rd edition, Wm.C.
Brown Publishers.
Guyton, A.C., 1991. Textbook of Medical Physiology, 7rd edition,
Philadelphia: W.B. Saunders Company.
Lamb, D.R. 1978. Physiology of Exercise Responses and Adapta tions.
New York: Mac Millan Publishing Co.Inc.
Rushall, B.S.,Pyke,F.S., 1990. Training for Sport and Fitness. 1st
edition, Australia: McMillan Co.
Soekarman, R.,1980. Dasar-Dasar Olahraga untuk Pembina, Pela tih,
dan Atlet. Jakarta: Inti Idayu Press.
Stone,W.J.,Kroll,W.A.,1991. Sport Con ditioning and Weight Training.
Wm.C.Brown Publisherte modified : 12/13/2010 1:15 pm
Ukm_gulat@unesha.com
www.google.com , modified : 12/13/2010 1:15 pm

Tidak ada komentar:

Posting Komentar